Sejak menerima amanah pengelolaan dari Pemerintah Indonesia pada 9 Agustus 2021, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) berkomitmen memastikan ketersediaan dan keberlanjutan migas di Indonesia.
Perwira PHR terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan lifting melalui strategi eksplorasi dan produksi, mengoptimalkan infrastruktur penyaluran, serta mengembangkan teknologi dengan inovasi berkelanjutan.
Melalui inovasi yang dilakukan pada pertengahan tahun 2025, PHR berupaya menerapkan teknologi Chemical Enhanced Oil Recovery (CEOR) di lapangan minyak Raksasa di wilayah WK Rokan. Upaya ini sedang berjalan dan diharapkan dapat menjawab kegelisahan yang selama ini berkembang di tengah masyarakat Riau khususnya, dan Indonesia umumnya.
Berdasarkan riset dan kajian yang telah dilakukan, langkah ini diharapkan mampu meningkatkan tingkat perolehan minyak sekaligus mendukung target produksi nasional, serta menunjukkan komitmen PHR terhadap inovasi dan keberlanjutan energi hingga tahun 2041 mendatang.
Berawal dari Pusat Data Batuan di Perut Bumi

Dari sinilah penelitian sebelum tahap pengeboran dilakukan. Setiap sampel cutting dicatat dalam sistem basis data yang ketat. “Ahli geofisika membuat katalog digital yang akurat dan tersusun rapi. Jika ada tim eksplorasi yang membutuhkan, mereka bisa mencari berdasarkan kedalaman, lokasi sumur, atau jenis batuan,” ujar Senior Geophysic Interpreter CORE Lab PHR Zona Rokan , Cahyo Raharjo.
Hasil uji laboratorium menentukan tingkat kepercayaan tim dalam menginjeksi air. Data ini memperkuat keyakinan PHR dalam mengeksekusi waterflooding. Tanpa data core yang akurat, risiko kegagalan bisa saja terjadi.


Selain fokus pada peningkatan Produksi, PHR tentunya sangat mengutamakan kesehatan, keamanan, keselamatan, dan kepedulian lingkungan (HSSE) di atas segalanya. Keselamatan kerja telah menjadi budaya yang ditanamkan kepada seluruh pekerja untuk memastikan mereka dapat pulang dan kembali ke keluarga dengan selamat. PHR juga terus memperkuat pengawasan keamanan dan keselamatan para pekerja, baik melalui pemantauan langsung maupun pemanfaatan teknologi digital.

General Manager Zona Rokan PT Pertamina Hulu Rokan, Andre Wijanarko, mengungkapkan bahwa hingga 2025 PHR mampu mempertahankan produksi sekitar 152 ribu barel per hari atau setara 26 persen dari total produksi nasional.
“Zona Rokan merupakan wilayah dengan aktivitas pengeboran terbesar di Tanah Air. Saat ini PHR telah mengoperasikan 28 rig pengeboran dan 57 rig workover serta well service. Jumlah ini akan terus naik menjadi 62 rig tahun ini,” ujarnya saat konferensi pers di Journey Room PHR, Camp Rumbai, Pekanbaru, Rabu (24/9/2025).

Sejak tahun 2021 hingga 2024, tercatat 376 proyek pengeboran dengan metode horizontal mampu menambah produksi 9.000 barel per hari. Untuk mempertahankan produksi 150–160 ribu barel per hari, PHR terus melakukan eksplorasi masif tanpa henti. Meski Produksi Rokan secara alamiah memang mengalami penurunan.
Meski demikian, Zona Rokan yang merupakan tulang punggung penyuplai energi nasional. Setiap tahun, wilayah ini menyumbang Rp129,3 triliun kepada negara melalui pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), PI Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) 10% sebesar Rp4,2 triliun dan menyerap 44.000 Ribu tenaga kerja lokal, mulai dari operator rig hingga pemasok logistik. Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) turut menyasar UMKM, pengembangan keterampilan, serta pemberdayaan masyarakat.

Selain itu, operator rig juga dilengkapi monitor untuk memvisualisasikan data pengeboran secara real time, mengontrol berbagai fungsi rig seperti posisi boom, pergerakan hook, dan teleskopik, serta memantau parameter operasional penting. Tujuannya meningkatkan akurasi pengeboran, mengurangi downtime, dan meningkatkan keselamatan.

Saat ini PHR tengah merevitalisasi sumur-sumur tua warisan 1950-an. Semua dilakukan untuk melawan penurunan alamiah produksi yang bisa mencapai 40 persen per tahun. Tanpa intervensi, produksi 160 ribu barel per hari bisa anjlok menjadi 100 ribu barel.
Fokus PHR bukan hanya mempertahankan produksi, tetapi juga mewujudkan teknologi masa depan: chemical EOR lanjutan, eksplorasi shale gas, dan penerapan energi ramah lingkungan di fasilitas produksi. PHR memastikan Rokan tetap menjadi tulang punggung energi Indonesia.

Representasi Subsurface PHR, Medika Wilza, menjelaskan bahwa proyek Chemical Enhanced Oil Recovery (CEOR) di Gathering Station (GS-1) ini bertujuan meningkatkan produksi dengan cara menginjeksikan bahan kimia ke dalam reservoir.
“Harapannya, injeksi ini dapat menarik atau mendorong minyak keluar ke permukaan sehingga total produksi dari area Rokan tetap terjaga dan umur Lapangan Minas bisa diperpanjang,” ujarnya di Viewing Station, Menara Pandang CEOR.
Bahan kimia yang diinjeksikan adalah alkali surfactant polymer (ASP). “Alkali, surfaktan, dan polimer digunakan untuk meningkatkan viskositas. Ketiganya bekerja mendorong sisa minyak keluar dari pori-pori batuan,” tambahnya.

Keberhasilan PHR dalam melesatkan proyek ini diharapkan dapat memperpanjang masa operasi Lapangan Minas delapan hingga sepuluh tahun untuk skala kecil, bahkan sampai 14 tahun jika pengembangan lebih besar dilakukan. Proyek ini bukan yang pertama; studi telah dimulai sejak 1999, berlanjut pada 2001, dan pernah diujicobakan pada 2012–2013. Kini PHR memasuki langkah pengembangan yang lebih luas sepenuhnya hasil riset internal perusahaan.(Azw)