Pekanbaru (BM) -Jalur Cakaran Garuda Muda KONI Riau, sukses meraih juara pada iven pacu jalur tradisional yang dilaksanakan di Tepian Gudang Pulau Gobah, Kecamatan Hulu Kuantan. Kesuksesan Jalur Cakaran Garuda Muda ini tidak terlepas dari kerja keras pedayung-pedayung asli putra Kuantan Singingi.
Ketua Jalur Cakaran Garuda Muda, Pusdi, mengatakan, para pemacu dayung ini sudah dipersiapkan satu bulan menjelang pacu jalur tradisional. Seluruh pedayungnya berasal dari putra asli daerah Kuansing Baserah, Benai dan Kuantan Tengah dan Lubuk Jambi.
“Alhamdulillah Jalur Cakaran Garuda Muda, sukses meraih kemenangan pada iven pacu jalur yang diadakan di Tepian Gudang Pulau Gobah. Pedayung kita ini akan terus kita pertahanan pada iven jalur lainnya, sampai ke puncak pacu jalur yang akan diadakan bulan Agustus mendatang, di tapian Narosa,” ujar Pusdi, Rabu (25/5).
Dijelaskan Pusdi, setelah jalur Cakaran Garuda Muda sukses meraih juara, mulai muncul pro dan kontra di tengah-tengah masyarakat Kuansing. Narasi yang muncul bahwa semua pemacu merupakan atlet profesional yang berlatih setiap hari dari biaya pemerintah. Hal ini dibantah oleh Pusdi, ia menjelaskan pedayung yang memperkuat jalur Cakaran Garuda Muda ini merupakan pedayung dari masyarakat yang diajak atau meminta bergabung secara sukarela.
“Tidak semua pedayung kita ini atlet, sebagaimana yang berkembang. Untuk tahun 2025 ini, atlet Dayung dibawah Podsi Riau hanya empat orang yang dibina KONI Riau. Dari empat orang tersebut tidak semuanya ikut karena dua orang lagi sedang mengikuti tes Bintara dan Tamtama TNI di Medan. Dan atlet yang memperkuat Cakaran Garuda Muda ini juga putra asli Kuansing,” kata Pusdi.
Putra Luai, Kuantan Mudik ini menjelaskan, bahwa pembinaan atlet secara langsung merupakan tanggungjawab pengurus cabang olahraga masing-masing bukan tanggungjawab KONI Riau. KONI Riau hanya memberikan apresiasi kepada mereka yang berprestasi berupa uang pembinaan atau bonus lain yang ditetapkan pemerintah. Untuk mendapatkan uang pembinaan mereka harus berprestasi dulu tidak serta merta dimasukkan begitu saja. Ini menuntut mereka harus giat berlatih secara mandiri.
“Anggapan mereka dibiayai untuk latihan terlalu dibesar-besarkan. Adek-adek kita ini berlatih secara mandiri dengan biaya sendiri. Sebagai anak muda yang sedang merintis kehidupan tentu mereka ingin berhasil seperti abang seniornya. Caranya dengan berlatih sungguh-sungguh,” jelasnya.
“Jika berhasil tentu mereka akan mendapatkan apresiasi yang layak dari pemerintah bahkan mungkin akan memudahkan mereka ikut test TNI-POLRI atau instansi pemerintah lain melalui jalur prestasi. Ini untuk masa depan mereka juga. Berhasil tidaknya tergantung mereka,” tambah Pusdi.
Sementara itu, koordinator lapangan jalur Cakaran Garuda Muda, Eka Oktarorianus, menjelaskan, bahwa seluruh pemacu jalur Cakaran diisi atlet itu tidak benar. Atlit hanya 10 orang, para mantan atlit seperti Maizir Riyondra, Nopri, Andi Saputra kemudian dari masyarakat yang dikumpulkan dan berlatih bersama senior-senior dayung. Dan itu menggunakan biaya masing-masing. Latihan dilakukan tiga kali seminggu, dan diluar itu para pelatih melatih atlit dari jalur di desa lain.
“Diikutkannya para atlet pada iven pacu jalur bagian dari kaderisasi untuk menguji mental dan teknik agar kelak menjadi atlit yang mampu mengharumkan nama Kuantan Singingi dikancah nasional dan internasional sebagaimana senior-senior mereka terdahulu. “Siapa lagi yang peduli terhadap mereka kalau bukan kami selaku seniornya,” kata Eka, peraih medali emas Asian Games, China.***